Ilmu
Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat IPS merupakan kajian yang akan
dibahas pada Materi pertama ini. Namun, sebelum beranjak ke materi tentunya
kita sering dibingungkan dengan istilah-istilah yang dikira mempunyai arti yang
sama dengan IPS. Seperti Istilah Ilmu
Sosial, Studi Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang kita bahas sekarang
ini. Tapi perlu diketahui IPS mempunyai perbedaan yang mendasar dengan Ilmu
Sosial. IPS merupakan studi tentang manusia yang dimana studi tersebut di
Sekolah Dasar dikenal dengan istilah perpaduan antara geografi dan sejarah.
Tapi, sekarang ini IPS dalam prakteknya di sekolah menjadi seperti Ilmu Sosial.
Yang dimana lebih menekankan kepada ilmu-ilmu tertentu tanpa mementingkan
berbagai aspek yang ada. Meskipun keduanya
saling berhubungan tapi tetap saja antara keduanya memilki perbedaan. Dimana
letak perbedaannya itu?? Perbedaannya terletak pada disiplin ilmunya
masing-masing. IPS lebih menekankan kepada pendekatan multidisiplin atau
intedisiplin, yaitu dimana topik-topik dalam IPS dapat kita manipulasi menjadi
suatu isu, pertanyaan atau permasalahan yang berperspektif interdisiplin.
IPS dan Studi Sosial keduanya saling
berkaitan. Mengapa ? karena Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan
atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih menekankan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.
Dan
sekarang yang perlu dipertanyakan adalah mengapa Ilmu Pengetahuan Sosial
keberadaannya dalam kurikulum sekolah
masih dipengaruhi oleh perkembangan studi Sosial di Amerika Serikat. Sedangkan
seperti yang kita tahu pasti masalah Sosial yang ada di Amerika Serikat
tentunya berbeda dengan masalah sosial yang ada di Indonesia ?? Jawabannya
adalah karena yang diambil dari perkembangan studi Sosial di Amerika Serikat
adalah beberapa ilmu-ilmu sosial yang kemudian dikembangkan juga di Indonesia,
jadi bukan masalah sosialnya yang dikembangkannya, karena sudah pasti berbeda
dengan di Indonesia.
Mengapa
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia yang saya alami lebih
menekankan pada konsep yang lebih bersifat teoritis dibandingkan kajian yang
lebih bersifat praktis tentang masalah sosial itu sendiri? Sampai yang saya
alami untuk membaca buku-buku IPS saja sudah malas melihat bukunya yang tebal
berisi teori yang seharusnya bisa dijadikan kajian yang lebih praktis sehingga
mudah dipahami oleh peserta didik, sehingga untuk saya pribadi menjadi jenuh
untuk mempelajarinya sendiri. Karena tidak ada fakta atau yang bisa dijadikan motivasi untuk kita bisa
lebih mengkajinya.
Bagaimana
cara yang dilakukan oleh kita yang nantinya sebagai guru agar tidak salah
mengaplikasikannya kepada peserta didik
dan tidak menjadi berpatokan seperti ilmu-ilmu sosial?Jawabannya
diuraikan di bawah ini.
Fakta-fakta
menunjukkan adanya ketidakpuasan siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial. Hal
ini terjadi karena mereka berpendapat guru kurang menguasai materi, dan metode pengajarannya.
Mereka merasakan bahwa cara guru mengajar cenderung membosankan dan terlalu
abstrak. Rendahnya motivasi guru untuk melakukan perubahan dan
pembaharuan dalam pengajaran, sehingga mereka cenderung monoton melakukan yang
biasanya mereka lakukan. Implikasinya bahwa IPS menjadi mata pelajaran yang
kurang diminati, atau disukai karena terkesan sebagai mata pelajaran hapalan.
Oleh karena itu mereka menginginkan dan menyarankan agar guru menggunakan
variasi berbagai metode mengajar, sehingga tidak monoton dan juga sangat
menginginkan agar para guru mengajak siswa untuk belajar di lapangan dan tidak
hanya belajar dari buku (teksbooks) yang ada. Namun selalu ada kesulitan
untuk mewujudkan hal yang diinginkan diatas.
Kelemahanya adalah kesulitan dalam
melakukan pemilihan bahan yang tepat untuk suatu tingkat kelas. Kurang cermatnya
mempersiapkan bahan yang tabu, dapat menjadi masalah yang akan menyulitkan guru dan masyarakat itu
sendiri, bahkan bukan tidak mungkin akan mengganggu ketertiban. Oleh karenanya, pilihan judulnya harus
tepat dengan mengikutsertakan pendapat siswa dalam masyarakat.
Setelah menjawab berbagai masalah
yang diajukan diatas. Dan memahami perbedaan antara perbedaan ilmu sosial
dengan ilmu pegetahuan sosial, sekarang kita kembali lagi ke dalam topik
lanjutan yang akan kita bahas di bawah ini.
Setelah kita ketahui Ilmu Sosial dan
Ilmu Pengatahuan Sosial mempunyai perbedaan dan Ilmu Sosial dan Studi Sosial
malah mempunyai kesamaan. Lalu bagaimana dengan Studi Sosial dan Ilmu Sosial
?? Apakah sama seperti halnya IPS dengan
Studi Sosial ?? Studi Sosial dengan Ilmu Sosial merupakan kajian yang berbeda. Studi
Sosial seperti yang kita tahu sebelumnya menyangkut dengan masalah sosial
sehingga studi sosial tidak menekankan pada bidang teoritis tapi lebih kepada
bidang praktis dalam memepelajari gejala dan masalah sosial yang terdapat di
lingkungan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan pun berbeda dengan Ilmu
Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat multidisipliner atau interdisipliner
dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan dengan meninjau satu gejala atau
masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan. Sedangkan pendekatan
ilmu sosial bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.
Setelah pembahasan di atas lalu
dapat dilihat sekarang apa perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial dan Studi
Sosial. Sebenarnya sudah dapat disimpulkan bahwa antara keduanya tidak
mempunyai perbedaan. Kedua istilah tersebut sama-sama dipergunakan di
Indonesia, yang sekarang dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa IPS
menurut saya adalah kajian tentang studi manusia yang bersangkutan dengan studi
sosial dalam masyarakat yang bersifat multidisipliner atau interdisipliner
dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan dengan meninjau satu gejala atau
masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan sehingga tidak
menekankan pada bidang teoritis.
Ilmu Pengetahuan Sosial
membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat ini merupakan suatu
kesatuan (sistem) yang permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya
memerlukan pendekatan-pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan yang
komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial
lain, seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya. Dalam bentuk
pembelajarannya IPS menekankan pada konsep-konsep dan fakta yang penting untuk
dapat dipahami dan dipecahkan berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Sehingga
IPS tidak tidak menekankan siswanya untuk menjadi ahli ilmu sosial tapi
membentuk sikap hidup seperti yang diharapkan bagi proses pembangunan saat ini
dan masa mendatang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dan negara.
Sehingga tujuan dari IPS itu sendiri bukan memenuhi ingatan pengetahuan peserta
didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk
membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan
kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Ruang lingkup IPS tidak lain
adalah kehidupan sosial manusia dimasyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apa pun yang kita
pelajari, bersumber dari masyarakat.
Aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (memberikan
berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta
mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan) merupakan kerakeristik IPS sendiri.
Nu'man Somantri, yang dikutip oleh
daljoeni(1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih
dalam proses yang penuh berisi berbagai experimen. Adapun ciri-ciri yang
kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut:
a) Bahan pembelajaranya akan lebih
banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat,
keterampilan berfikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta
pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
b) Program studi IPS akan mencerminkan
berbagai kegiatan dasar dari manusia.
c) Organisasi studi IPS akan bervariasi
dari susunan yang intergreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang
seperated (terpisah).
d) Susunan bahan pembelajaran akan
bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanistis, sampai
yang sruktural.
e) Kelas pengajaran IPS akan dijadikan
laboraturium demokrasi
f) Evaluasinya tak hanya mencakup
aspek-aspek kongnitif, efektif, dan psikomotor saja, tetapi juga mencoba
mengembangkan apa yang disebut democratic quontient dan citizenship quotient.
g) Unsur-unsur sosiologi dan
pengetahuan sosial lainya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian
pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya
akan mempelajarannya.
Pemilihan atau
seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna mengembangkan materi pembelajaran
pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa
prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987)
yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut antara, lain berikut ini:
a. Keperluan
Konsep yang akan diajarkan harus
konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekitarnya.
Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang belainan
pula.
b. Ketepatan
Perumusan yang akan diajarkan harus
tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
c. Mudah dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat
disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus terdapat dilingkungan hidup
peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut.
d. Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya
benar-benar berguna bagi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia
umumnya serta masyarakat lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga
serta masyarakat terdekat pada khususnya.
Evaluasi
pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus-menerus
sesuai dangan keterlaksanaan proses pembelajaranya. Evaluasi semacam ini
merupakan barometer proses pengecekan apakah yang berlangsung itu dapat diikuti
dan dipahami oleh peserta didik dan seberapa besar penguasaan atau pemahaman
peserta didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetisi yang telah
ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini biasa kita sebut evaluasi
formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan evaluasi kulminasi tadi, merupakan
penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran atau
biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.
Setelah
kita mengetahui Hakikat dan Karakteristik dari IPS, tujuan, dan masalah-maslah
yang ditanyakan diatas. Sekarang akan dibahas mengenai kesimpulan karakteristik
dari IPS. Di bawah ini sedikit dijelaskan mengenai karakteristik dari IPS itu
sendiri menurut yang saya pahami dari buku yang saya baca :
·
Terpadu(integrated), artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata
pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia.
·
Interdisipliner, yaitu pendekatan yang
komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial
lain, seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya.
·
Multidimensional, yaitu meninjau satu
gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
·
Cross-disipliner, yaitu pemecahan dalam
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau
lebih rumpun ilmu yang relevan
·
Synthetic discipline, pendidikan IPS bukan sekedar
mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan
ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
·
Kajian Sistematis, pemikiran yang
sungguh-sungguh dan disusun secara teratur atau bertahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar