CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 08 Juni 2013

Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat IPS merupakan kajian yang akan dibahas pada Materi pertama ini. Namun, sebelum beranjak ke materi tentunya kita sering dibingungkan dengan istilah-istilah yang dikira mempunyai arti yang sama dengan IPS. Seperti Istilah Ilmu Sosial, Studi Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang kita bahas sekarang ini. Tapi perlu diketahui IPS mempunyai perbedaan yang mendasar dengan Ilmu Sosial. IPS merupakan studi tentang manusia yang dimana studi tersebut di Sekolah Dasar dikenal dengan istilah perpaduan antara geografi dan sejarah. Tapi, sekarang ini IPS dalam prakteknya di sekolah menjadi seperti Ilmu Sosial. Yang dimana lebih menekankan kepada ilmu-ilmu tertentu tanpa mementingkan berbagai aspek yang ada.  Meskipun keduanya saling berhubungan tapi tetap saja antara keduanya memilki perbedaan. Dimana letak perbedaannya itu?? Perbedaannya terletak pada disiplin ilmunya masing-masing. IPS lebih menekankan kepada pendekatan multidisiplin atau intedisiplin, yaitu dimana topik-topik dalam IPS dapat kita manipulasi menjadi suatu isu, pertanyaan atau permasalahan yang berperspektif interdisiplin.
            IPS dan Studi Sosial keduanya saling berkaitan. Mengapa ? karena Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih menekankan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.
Dan sekarang yang perlu dipertanyakan adalah mengapa Ilmu Pengetahuan Sosial keberadaannya dalam  kurikulum sekolah masih dipengaruhi oleh perkembangan studi Sosial di Amerika Serikat. Sedangkan seperti yang kita tahu pasti masalah Sosial yang ada di Amerika Serikat tentunya berbeda dengan masalah sosial yang ada di Indonesia ?? Jawabannya adalah karena yang diambil dari perkembangan studi Sosial di Amerika Serikat adalah beberapa ilmu-ilmu sosial yang kemudian dikembangkan juga di Indonesia, jadi bukan masalah sosialnya yang dikembangkannya, karena sudah pasti berbeda dengan di Indonesia.
Mengapa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia yang saya alami lebih menekankan pada konsep yang lebih bersifat teoritis dibandingkan kajian yang lebih bersifat praktis tentang masalah sosial itu sendiri? Sampai yang saya alami untuk membaca buku-buku IPS saja sudah malas melihat bukunya yang tebal berisi teori yang seharusnya bisa dijadikan kajian yang lebih praktis sehingga mudah dipahami oleh peserta didik, sehingga untuk saya pribadi menjadi jenuh untuk mempelajarinya sendiri. Karena tidak ada fakta atau  yang bisa dijadikan motivasi untuk kita bisa lebih mengkajinya.
Bagaimana cara yang dilakukan oleh kita yang nantinya sebagai guru agar tidak salah mengaplikasikannya kepada peserta didik  dan tidak menjadi berpatokan seperti ilmu-ilmu sosial?Jawabannya diuraikan di bawah ini.
Fakta-fakta menunjukkan adanya ketidakpuasan siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial. Hal ini terjadi karena mereka berpendapat guru kurang menguasai materi, dan metode pengajarannya. Mereka merasakan bahwa cara guru mengajar cenderung membosankan dan terlalu abstrak. Rendahnya motivasi guru untuk melakukan perubahan dan pembaharuan dalam pengajaran, sehingga mereka cenderung monoton melakukan yang biasanya mereka lakukan. Implikasinya bahwa IPS menjadi mata pelajaran yang kurang diminati, atau disukai karena terkesan sebagai mata pelajaran hapalan. Oleh karena itu mereka menginginkan dan menyarankan agar guru menggunakan variasi berbagai metode mengajar, sehingga tidak monoton dan juga sangat menginginkan agar para guru mengajak siswa untuk belajar di lapangan dan tidak hanya belajar dari buku (teksbooks) yang ada. Namun selalu ada kesulitan untuk mewujudkan hal yang diinginkan diatas.
Kelemahanya adalah kesulitan dalam melakukan pemilihan bahan yang tepat untuk suatu tingkat kelas. Kurang cermatnya mempersiapkan bahan yang tabu, dapat menjadi masalah yang akan menyulitkan guru dan masyarakat itu sendiri, bahkan bukan tidak mungkin akan mengganggu ketertiban. Oleh karenanya, pilihan judulnya harus tepat dengan mengikutsertakan pendapat siswa dalam masyarakat.
            Setelah menjawab berbagai masalah yang diajukan diatas. Dan memahami perbedaan antara perbedaan ilmu sosial dengan ilmu pegetahuan sosial, sekarang kita kembali lagi ke dalam topik lanjutan yang akan kita bahas di bawah ini.
            Setelah kita ketahui Ilmu Sosial dan Ilmu Pengatahuan Sosial mempunyai perbedaan dan Ilmu Sosial dan Studi Sosial malah mempunyai kesamaan. Lalu bagaimana dengan Studi Sosial dan Ilmu Sosial ??  Apakah sama seperti halnya IPS dengan Studi Sosial ?? Studi Sosial dengan Ilmu Sosial merupakan kajian yang berbeda. Studi Sosial seperti yang kita tahu sebelumnya menyangkut dengan masalah sosial sehingga studi sosial tidak menekankan pada bidang teoritis tapi lebih kepada bidang praktis dalam memepelajari gejala dan masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan pun berbeda dengan Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat multidisipliner atau interdisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan dengan meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan. Sedangkan pendekatan ilmu sosial bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.
            Setelah pembahasan di atas lalu dapat dilihat sekarang apa perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial dan Studi Sosial. Sebenarnya sudah dapat disimpulkan bahwa antara keduanya tidak mempunyai perbedaan. Kedua istilah tersebut sama-sama dipergunakan di Indonesia, yang sekarang dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa IPS menurut saya adalah kajian tentang studi manusia yang bersangkutan dengan studi sosial dalam masyarakat yang bersifat multidisipliner atau interdisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan dengan meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan sehingga tidak menekankan pada bidang teoritis.
            Ilmu Pengetahuan Sosial membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat ini merupakan suatu kesatuan (sistem) yang permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan pendekatan-pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan yang komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain, seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya. Dalam bentuk pembelajarannya IPS menekankan pada konsep-konsep dan fakta yang penting untuk dapat dipahami dan dipecahkan berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Sehingga IPS tidak tidak menekankan siswanya untuk menjadi ahli ilmu sosial tapi membentuk sikap hidup seperti yang diharapkan bagi proses pembangunan saat ini dan masa mendatang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dan negara. Sehingga tujuan dari IPS itu sendiri bukan memenuhi ingatan pengetahuan peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
           
Ruang lingkup IPS  tidak lain adalah kehidupan sosial manusia dimasyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apa pun yang kita pelajari, bersumber dari masyarakat.
       Aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan) merupakan kerakeristik IPS sendiri.
Nu'man Somantri, yang dikutip oleh daljoeni(1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai experimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut:

a)      Bahan pembelajaranya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berfikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
b)      Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
c)      Organisasi studi IPS akan bervariasi dari susunan yang intergreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang seperated (terpisah).
d)     Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanistis, sampai yang sruktural.
e)      Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboraturium demokrasi
f)       Evaluasinya tak hanya mencakup aspek-aspek kongnitif, efektif, dan psikomotor saja, tetapi juga mencoba mengembangkan apa yang disebut democratic quontient dan citizenship quotient.
g)      Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya akan mempelajarannya.

    Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna mengembangkan materi pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut antara, lain berikut ini:
a.       Keperluan
Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang belainan pula.
b.      Ketepatan
Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
c.       Mudah dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus terdapat dilingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut.
d.      Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia umumnya serta masyarakat lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat pada khususnya. 
    Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai dangan keterlaksanaan proses pembelajaranya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer proses pengecekan apakah yang berlangsung itu dapat diikuti dan dipahami oleh peserta didik dan seberapa besar penguasaan atau pemahaman peserta didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetisi yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini biasa kita sebut evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan evaluasi kulminasi tadi, merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.  

Setelah kita mengetahui Hakikat dan Karakteristik dari IPS, tujuan, dan masalah-maslah yang ditanyakan diatas. Sekarang akan dibahas mengenai kesimpulan karakteristik dari IPS. Di bawah ini sedikit dijelaskan mengenai karakteristik dari IPS itu sendiri menurut yang saya pahami dari buku yang saya baca :

·         Terpadu(integrated), artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia.

·         Interdisipliner, yaitu pendekatan yang komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain, seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya.

·         Multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.

·         Cross-disipliner, yaitu pemecahan dalam suatu masalah dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau lebih rumpun ilmu yang relevan

·         Synthetic discipline, pendidikan IPS bukan sekedar mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.


·         Kajian Sistematis, pemikiran yang sungguh-sungguh dan disusun secara teratur atau bertahap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar